SEISME (GEMPA BUMI) DAN DAMPAKNYA
Hampir semua proses dinamika
perubahan muka Bumi yang terjadi karena tenaga endogen diikuti dengan gempa.
Inilah salah satu bukti adanya tenaga-tenaga dari dalam Bumi. Bahkan dalam
aktivitas vulkanisme, frekuensi terjadinya gempa menjadi indikator tingkat
keaktifan suatu gunung api. Ya, karena fenomena ini merupakan gejala pelepasan
energi berupa gelombang yang menjalar ke permukaan Bumi akibat adanya gangguan
pada lempeng Bumi.
A. A.
Penggolongan
Gempa
Mengenali dan mengetahui berbagai
sifat bencana yang ditimbulkan merupakan hal yang harus dilakukan pertama kali
dalam rangka mitigasi bencana. Beberapa kegiatan bencana alam seperti gempa,
sulit sekali dicegah dan ditentukan kapan dan di mana lokasinya, tetapi pencegahan
jatuhnya korban dapat dilakukan. salah satu caranya adalah mengenali berbagai
jenis gempa. Jika kita mempertanyakan dari mana gempa itu berasal
atau
bagaimana gempa itu terjadi, maka kita dapat melihat pada tiga sumber
terjadinya gempa, yaitu karena pergerakan lempeng tektonik, aktivitas gunung
api, atau karena runtuhan tambang atau lubang-lubang interior di dalam Bumi.
Gempa karena lepasnya sejumlah energi pada saat pergerakan lempeng Bumi disebut
gempa tektonik. Akibat aktivitas gunung api, maka disebut gempa vulkanik, dan
karena adanya runtuhan disebut gempa runtuhan.
Selain tiga penggolongan gempa
tersebut, masih ada beberapa penggolongan gempa berdasarkan parameternya.
1)
Berdasarkan kedalaman pusat gempa atau hiposentrum:
a) Gempa dalam, jika hiposentrumnya
terletak 300–700 km
di bawah permukaan Bumi.
b)
Gempa intermidier, jika hiposentrumnya terletak 100–300 km
di bawah permukaan Bumi.
c) Gempa dangkal, jika hiposentrumnya
kurang dari 100 km
di bawah permukaan Bumi.
2)
Berdasarkan bentuk episentrumnya:
a)
Gempa linier, jika episentrum berbentuk garis. Contoh: Gempa tektonik karena
patahan.
b)
Gempa sentral, jika episentrumnya berbentuk titik. Contoh: Gempa vulkanik dan
gempa runtuhan.
3)
Berdasarkan letak episentrumnya:
a) Gempa daratan, jika episentrumnya
di daratan.
b) Gempa laut, jika episentrumnya di
dasar laut.
4)
Berdasarkan jarak episentrumnya:
a)
Gempa setempat, jika jarak episentrum dantempat gempa terasa sejauh kurang dari
1.000
km.
b) Gempa jauh, jika jarak
episentrumnya dan tempat gempa terasa sekitar 10.000 km.
c) Gempa sangat jauh, jika jarak
episentrum dengan tempat terasa lebih dari 10.000 km.
Gambar 1.1 Jalur kekuatan gempa
Istilah-istilah yang berkaitan dengan
gempa bumi sebagai berikut.
a. Seismologi : Ilmu yang mempelajari
gempa bumi.
b. Hiposentrum : Pusat gempa yang
terletak di dalam Bumi.
c. Episentrum : Pusat gempa di
permukaan Bumi atau dasar laut, dengan gelombang gempa daridalam Bumi
dirambatkan pertama kali di permukaan Bumi atau dasar laut.
d. Seismograf : Alat pencatat gempa.
e. Seismogram: Gambaran getaran Bumi
yang dicatat oleh seismograf dalam bentuk garis patah-patah.
Semakin kuat getaran, semakin lebar penyimpangan garis patah-patah. Semakin lama
getaran sampai di tempat, semakin panjang pita seismograf menggambarkan
seismogram.
f. Pleistoseista: Garis batas daerah
yang mengalami kerusakan terberat yang terletak di sekitar episentrumnya.
g. Isoseita : Garis pada permukaan
Bumi yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai kerusakan fisik yang sama
akibat gempa.
h. Homoseista : Garis permukaan Bumi
yang mencatat gelombang gempa primer pada waktu yang sama dan berupa garis
lingkaran atau elips.
B.
Gempa
di Indonesia
Dari kejadian-kejadian gempa yang
terjadi di Indonesia,
mungkin kamu sudah tahu mengapa gempa sering kali
terjadi?
Ya, tiga lempeng tektonik yang melewati Indonesia
membuat negeri kita rawan terjadi gempa. Jadi secara alami, negeri kita memang
negeri gempa. Kenyataan ini bukan untuk ditakuti, tetapi untuk diwaspadai bahwa
gempa bisa terjadi kapan saja di negara kita. Mulai sekarang, kenalilah apakah
wilayah tempat tinggalmu merupakan daerah rawan gempa? Kamu dapat menemukan
kejelasan tentang hal ini dengan melihat peta persebaran jalurjalur gunung api
di depan dan mengumpulkan informasi sejarah terjadinya
gempa di wilayahmu.
Berdasarkan sejarah kekuatan sumber
gempa, aktivitas gempa bumi di Indonesia terbagi dalam enam daerah aktivitas:
1)
Daerah
Sangat Aktif
Wilayah sangat aktif memungkinkan
terjadinya gempa dengan kekuatan lebih dari 8 skala Richter. Meliputi wilayah
Halmahera dan lepas pantai utara Papua.
2)
Daerah
Aktif
Di wilayah ini kemungkinan gempa
dengan kekuatan 8 sampai 7 skala Richter sering terjadi. Yaitu di lepas pantai barat Sumatra, Kepulauan Sunda,
dan Sulawesi Barat.
3)
Daerah
Lipatan dengan atau Tanpa Retakan
Gempa dengan kekuatan kurang dari 7
skala Richter bisa terjadi. Wilayah ini meliputi Sumatra, Kepulauan Sunda, dan
Sulawesi Tengah.
4)
Daerah
Lipatan dengan atau Tanpa Retakan
Gempa dengan kekuatan kurang dari 7
skala Richter mungkin terjadi. Wilayah ini meliputi pantaibarat Sumatra, Jawa
bagian utara, dan Kalimantan bagian Timur.
5)
Daerah
Gempa Kecil
Gempa dengan kekuatan kurang dari 5
skala Richter jarang terjadi. Wilayah ini meliputi pantai timur Sumatra.
6)
Daerah
Stabil
Tidak ada catatan sejarah gempa di
wilayah ini. Wilayah ini meliputi Kalimantan Tengah, Kalimantan bagian barat,
serta pantai selatan Papua.
Gambar 1.2 Dampak gempa berkuatan 5,9
skala richter di Yogyakarta
Mencermati daerah aktivitas gempa
tersebut dengan kenyataan di sepanjang tahun 2006, wilayah di barat, selatan,
dan timur Indonesia rawan terjadi gempa. Tercatat gempa paling merusak tahun
2006 terjadi di Yogyakarta dan sebagian Jawa Tengah. Selang beberapa waktu
kemudian gempa dan tsunami terjadi di pantai selatan Jawa. Wilayah yang
mengalami rusak parah, yaitu Pantai Pangandaran.
C.
Dampak
Gempa
Seperti bahasan kita sebelumnya bahwa
gempa merupakan
salah satu tenaga endogen yang memengaruhi bentuk muka
Bumi. Oleh karena itu, gempa berdampak langsung pada deformasi lapisan Bumi.
Bentuk deformasi akan sangat tergantung pada arah dan kekuatan tenaga endogen
itu sendiri. Di permukaan Bumi dampak gempa juga dipengaruhi oleh kekuatan
gempa itu sendiri. Kerusakan berat timbul dari gempa berkekuatan tinggi. Banyak
bangunan hancur, rata dengan tanah, korban pun banyak berjatuhan. Memang benar gempa
tidak hanya memberikan dampak bagi Lingkungan fisik, tetapi juga kehidupan
sosial masyarakat. Cobalah Temukan dampak lain gempa terhadap kehidupan sosial.
Oleh karena dahsyatnya dampak yang diakibatkan oleh gempa, maka kejadian gempa
digolongkan sebagai salah satu bencana yang harus diwaspadai karena dapat juga
menyebabkan tsunami. Ya, gempa menjadi salah satu faktor pemicu terjadinya tsunami.
Akan tetapi, tidak semua gempa menyebabkan tsunami. Ada beberapa kondisi yang menyebabkan
tsunami, antara lain gempa berkekuatan besar (lebih besar 6 SR, pusat gempa
berada di dasar laut dengan pusat gempa yang dangkal, dan adanya dislokasi
kerak Bumi bawah laut). Gerakan vertikal pada kerak Bumi dapat mengakibatkan
dasar laut naik atau turun secara tibatiba, yang mengakibatkan gangguan
keseimbangan air yang ada di
atasnya.
Pada akhirnya menyebabkan terjadinya aliran energy air laut, yang ketika sampai
di pantai akan menjadi gelombang besar yang disebut Tsunami.