Wednesday, February 19, 2014

SEISME (GEMPA BUMI)



SEISME (GEMPA BUMI) DAN DAMPAKNYA
          Hampir semua proses dinamika perubahan muka Bumi yang terjadi karena tenaga endogen diikuti dengan gempa. Inilah salah satu bukti adanya tenaga-tenaga dari dalam Bumi. Bahkan dalam aktivitas vulkanisme, frekuensi terjadinya gempa menjadi indikator tingkat keaktifan suatu gunung api. Ya, karena fenomena ini merupakan gejala pelepasan energi berupa gelombang yang menjalar ke permukaan Bumi akibat adanya gangguan pada lempeng Bumi.
                                   
A.         A.  Penggolongan Gempa
          Mengenali dan mengetahui berbagai sifat bencana yang ditimbulkan merupakan hal yang harus dilakukan pertama kali dalam rangka mitigasi bencana. Beberapa kegiatan bencana alam seperti gempa, sulit sekali dicegah dan ditentukan kapan dan di mana lokasinya, tetapi pencegahan jatuhnya korban dapat dilakukan. salah satu caranya adalah mengenali berbagai jenis gempa. Jika kita mempertanyakan dari mana gempa itu berasal
atau bagaimana gempa itu terjadi, maka kita dapat melihat pada tiga sumber terjadinya gempa, yaitu karena pergerakan lempeng tektonik, aktivitas gunung api, atau karena runtuhan tambang atau lubang-lubang interior di dalam Bumi. Gempa karena lepasnya sejumlah energi pada saat pergerakan lempeng Bumi disebut gempa tektonik. Akibat aktivitas gunung api, maka disebut gempa vulkanik, dan karena adanya runtuhan disebut gempa runtuhan.
          Selain tiga penggolongan gempa tersebut, masih ada beberapa penggolongan gempa berdasarkan parameternya.
1) Berdasarkan kedalaman pusat gempa atau hiposentrum:
a) Gempa dalam, jika hiposentrumnya terletak 300–700 km di bawah permukaan Bumi.
b) Gempa intermidier, jika hiposentrumnya terletak 100–300 km di bawah permukaan Bumi.
c) Gempa dangkal, jika hiposentrumnya kurang dari 100 km di bawah permukaan Bumi.
2) Berdasarkan bentuk episentrumnya:
a) Gempa linier, jika episentrum berbentuk garis. Contoh: Gempa tektonik karena patahan.
b) Gempa sentral, jika episentrumnya berbentuk titik. Contoh: Gempa vulkanik dan gempa runtuhan.
3) Berdasarkan letak episentrumnya:
a) Gempa daratan, jika episentrumnya di daratan.
b) Gempa laut, jika episentrumnya di dasar laut.
4) Berdasarkan jarak episentrumnya:
a) Gempa setempat, jika jarak episentrum dantempat gempa terasa sejauh kurang dari 1.000 km.
b) Gempa jauh, jika jarak episentrumnya dan tempat gempa terasa sekitar 10.000 km.
c) Gempa sangat jauh, jika jarak episentrum dengan tempat terasa lebih dari 10.000 km.
Gambar 1.1 Jalur kekuatan gempa

Istilah-istilah yang berkaitan dengan gempa bumi sebagai berikut.
a. Seismologi : Ilmu yang mempelajari gempa bumi.
b. Hiposentrum : Pusat gempa yang terletak di dalam Bumi.
c. Episentrum : Pusat gempa di permukaan Bumi atau dasar laut, dengan gelombang gempa daridalam Bumi dirambatkan pertama kali di permukaan Bumi atau dasar laut.
d. Seismograf : Alat pencatat gempa.
e. Seismogram: Gambaran getaran Bumi yang dicatat oleh seismograf dalam bentuk garis patah-patah. Semakin kuat getaran, semakin lebar penyimpangan garis patah-patah. Semakin lama getaran sampai di tempat, semakin panjang pita seismograf menggambarkan seismogram.
f. Pleistoseista: Garis batas daerah yang mengalami kerusakan terberat yang terletak di sekitar episentrumnya.
g. Isoseita : Garis pada permukaan Bumi yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai kerusakan fisik yang sama akibat gempa.
h. Homoseista : Garis permukaan Bumi yang mencatat gelombang gempa primer pada waktu yang sama dan berupa garis lingkaran atau elips.
B.           Gempa di Indonesia
          Dari kejadian-kejadian gempa yang terjadi di Indonesia, mungkin kamu sudah tahu mengapa gempa sering kali terjadi? Ya, tiga lempeng tektonik yang melewati Indonesia membuat negeri kita rawan terjadi gempa. Jadi secara alami, negeri kita memang negeri gempa. Kenyataan ini bukan untuk ditakuti, tetapi untuk diwaspadai bahwa gempa bisa terjadi kapan saja di negara kita. Mulai sekarang, kenalilah apakah wilayah tempat tinggalmu merupakan daerah rawan gempa? Kamu dapat menemukan kejelasan tentang hal ini dengan melihat peta persebaran jalurjalur gunung api di depan dan mengumpulkan informasi sejarah terjadinya gempa di wilayahmu.
          Berdasarkan sejarah kekuatan sumber gempa, aktivitas gempa bumi di Indonesia terbagi dalam enam daerah aktivitas:
1)           Daerah Sangat Aktif
Wilayah sangat aktif memungkinkan terjadinya gempa dengan kekuatan lebih dari 8 skala Richter. Meliputi wilayah Halmahera dan lepas pantai utara Papua.
2)                  Daerah Aktif
Di wilayah ini kemungkinan gempa dengan kekuatan 8 sampai 7 skala Richter sering terjadi. Yaitu  di lepas pantai barat Sumatra, Kepulauan Sunda, dan Sulawesi Barat.


3)                  Daerah Lipatan dengan atau Tanpa Retakan
Gempa dengan kekuatan kurang dari 7 skala Richter bisa terjadi. Wilayah ini meliputi Sumatra, Kepulauan Sunda, dan Sulawesi Tengah.
4)                  Daerah Lipatan dengan atau Tanpa Retakan
Gempa dengan kekuatan kurang dari 7 skala Richter mungkin terjadi. Wilayah ini meliputi pantaibarat Sumatra, Jawa bagian utara, dan Kalimantan bagian Timur.
5)                  Daerah Gempa Kecil
Gempa dengan kekuatan kurang dari 5 skala Richter jarang terjadi. Wilayah ini meliputi pantai timur Sumatra.
6)                  Daerah Stabil
Tidak ada catatan sejarah gempa di wilayah ini. Wilayah ini meliputi Kalimantan Tengah, Kalimantan bagian barat, serta pantai selatan Papua.

Gambar 1.2 Dampak gempa berkuatan 5,9
                     skala richter di Yogyakarta

          Mencermati daerah aktivitas gempa tersebut dengan kenyataan di sepanjang tahun 2006, wilayah di barat, selatan, dan timur Indonesia rawan terjadi gempa. Tercatat gempa paling merusak tahun 2006 terjadi di Yogyakarta dan sebagian Jawa Tengah. Selang beberapa waktu kemudian gempa dan tsunami terjadi di pantai selatan Jawa. Wilayah yang mengalami rusak parah, yaitu Pantai Pangandaran.

C.            Dampak Gempa
          Seperti bahasan kita sebelumnya bahwa gempa merupakan salah satu tenaga endogen yang memengaruhi bentuk muka Bumi. Oleh karena itu, gempa berdampak langsung pada deformasi lapisan Bumi. Bentuk deformasi akan sangat tergantung pada arah dan kekuatan tenaga endogen itu sendiri. Di permukaan Bumi dampak gempa juga dipengaruhi oleh kekuatan gempa itu sendiri. Kerusakan berat timbul dari gempa berkekuatan tinggi. Banyak bangunan hancur, rata dengan tanah, korban pun banyak berjatuhan. Memang benar gempa tidak hanya memberikan dampak bagi Lingkungan fisik, tetapi juga kehidupan sosial masyarakat. Cobalah Temukan dampak lain gempa terhadap kehidupan sosial. Oleh karena dahsyatnya dampak yang diakibatkan oleh gempa, maka kejadian gempa digolongkan sebagai salah satu bencana yang harus diwaspadai karena dapat juga menyebabkan tsunami. Ya, gempa menjadi salah satu faktor pemicu terjadinya tsunami. Akan tetapi, tidak semua gempa menyebabkan tsunami. Ada beberapa kondisi yang menyebabkan tsunami, antara lain gempa berkekuatan besar (lebih besar 6 SR, pusat gempa berada di dasar laut dengan pusat gempa yang dangkal, dan adanya dislokasi kerak Bumi bawah laut). Gerakan vertikal pada kerak Bumi dapat mengakibatkan dasar laut naik atau turun secara tibatiba, yang mengakibatkan gangguan keseimbangan air yang ada di
atasnya. Pada akhirnya menyebabkan terjadinya aliran energy air laut, yang ketika sampai di pantai akan menjadi gelombang besar yang disebut Tsunami.

Tuesday, February 4, 2014

VULKANISME

Vulkanisme adalah semua peristiwa yang berhubungan dengan magma yang keluar mencapai permukaan bumi melalui retakan dalam kerak bumi atau melalui sebuah pita sentral yang disebut terusan kepundan atau diatrema. Magma yang keluar sampai ke permukaan bumi disebut lava. Magma dapat bergerak naik karena memiliki suhu yang tinggi dan mengandung gas-gas yang memiliki cukup energi untuk mendorong batuan di atasnya. Di dalam litosfer magma menempati suatu kantong yang disebut dapur magma. Kedalaman dapur magma merupakan penyebab perbedaan kekuatan letusan gunung api yang terjadi. Pada umumnya, semakin dalam dapur magma dari permukaan bumi, maka semakin kuat letusan yang ditimbulkannya. Lamanya aktivitas gunung api yang bersumber dari magma ditentukan oleh besar atau kecilnya volume dapur magma. Dapur magma inilah yang merupakan sumber utama aktivitas vulkanik.




1) Material Hasil Aktivitas Vulkanisme

Sesuai wujudnya, ada tiga jenis bahan atau material yang dikeluarkan oleh adanya tenaga vulkanisme. Material tersebut adalah material padat , cair dan gas.


a) Benda padat (efflata) 
adalah debu, pasir,lapili (batu kerikil) batu-batu besar (bom),dan batu apung.


b) Benda cair (effusive) 
adalah bahan cair yang dikeluarkan oleh tenaga vulkanisme, yaitu lava, lahar panas, dan lahar dingin.
Lava adalah magma yang keluar ke permukaan bumi. Lahar panas adalah lahar yang berasal dari letusan gunung berapi yang memiliki danau kawah (kaldera), contoh kaldera yang terkenal di Indonesia adalah kawah Bromo. Lahar dingin adalah lahar yang berasal dari bahan letusan yang sudah mengendap, kemudian mengalir deras menuruni lereng gunung.
 
Berdasarkan banyaknya celah pada permukaan bumi dan waktu keluarnya magma, erupsi dibedakan menjadi empat, yaitu erupsi linear, erupsi sentral, erupsi campuran, dan erupsi areal.


a) Erupsi Linear
Gerakan magma menuju permukaan bumi melalui celah-celah atau retakan-retakan disebut erupsi linear atau erupsi belahan. Erupsi linear menghasilkan lava yang cair dan membentuk plato, misalnya Plato Sukadana (Lampung), Columbia (Afrika Selatan), serta daerah yang mengelilingi Kutub Utara, seperti Tanah Hijau, Iceland, Asia Utara, dan Spitsbergen.
b) Erupsi Sentral
Erupsi sentral adalah lava yang keluar melalui terusan kepundan.
c) Erupsi Campuran
Erupsi campuran menghasilkan gunung berapi strato atau gunung berapi berlapis. Erupsi ini terdiri atas bahan-bahan lepas dan lava. Hampir seluruh gunung api di Indonesia adalah gunung api strato.
d) Erupsi Areal
Erupsi areal, yaitu letusan yang terjadi melalui lubang yang sangat luas. Sampai saat ini erupsi areal masih diragukan kejadiannya di bumi.


2) Intrusi Magma

Penerobosan magma ke permukaan bumi tetapi belum sampai ke permukaan disebut intrusi magma. Intrusi magma menghasilkan bentukan-bentukan sebagai berikut.
a) Keping intrusi atau sills 
yaitu sisipan magma yang membeku di antara dua lapisan litosfer, relatif tipis, dan melebar.


b) Batolit
 yaitu batuan beku yang terbentuk di dalam dapur magma, karena penurunan suhu yang sangat lambat.


c) Lakolit 
yaitu batuan beku yang berasal dari resapan magma di antara dua lapisan litosfer dan membentuk bentukan seperti lensa cembung.


d) Gang atau dikes 
yaitu batuan hasil intrusi magma yang memotong lapisan-lapisan litosfer dengan bentuk pipih atau lempeng.
 
e) Diatrema 
yaitu batuan pengisi pipa letusan, berbentuk silinder mulai dari dapur magma sampai ke permukaan bumi.


3) Tipe Letusan Gunung api

a) Tipe Hawaii

Tipe gunung api ini dicirikan dengan lavanya yang cair dan tipis, dan dalam perkembangannya akan membentuk tipe gunung api perisai. Tipe ini banyak ditemukan pada gunung api perisai di Hawaii seperti di Kilauea dan Maunaloa. Contoh letusan tipe Hawai di Indonesia adalah pembentukan plato lava di kawasan Dieng, Jawa Tengah.


b) Tipe Stromboli
Tipe ini sangat khas untuk gunung Stromboli dan beberapa gunung api lainnya yang sedang meningkat kegiatannya. Magmanya sangat cair, ke arah permukaan sering dijumpai letusan pendek yang disertai ledakan. Bahan yang dikeluarkan berupa abu, bom, lapilli dan setengah padatan bongkah lava. Contoh letusan tipe Stromboli di Indonesia adalah Gunung Raung di Jawa. Sifat semburan Gunung Raung menyemburkan lava tipe baraltik, namun
terdapat erupsi-erupsi pendek yang bersifat eksplosif menyemburkan batuan-batuan piroklastik tipe bom dan lapili
 
c) Tipe Vulkano
Tipe ini mempunyai ciri khas yaitu pembentukan awan debu berbentuk bunga kol, karena gas yang ditembakkan ke atas meluas hingga jauh di atas kawah. Tipe ini mempunyai tekanan gas sedang dan lavanya kurang begitu cair. Di samping mengeluarkan awan debu, tipe ini juga menghasilkan lava. Berdasarkan kekuatan letusannya tipe ini dibedakan menjadi tipe vulkano kuat (Gunung Vesuvius dan Gunung Etna) dan tipe Vulkano lemah (Gunung Bromo dan Gunung Raung). Peralihan antara kedua tipe ini juga dijumpai di Indonesia misalnya Gunung Kelud dan Anak Gunung Bromo.


d) Tipe Merapi
Dicirikan dengan lavanya yang cair-kental. Dapur magmanya relatif dangkal dan tekanan gas yang agak rendah. Contoh letusan tipe Merapi di Indonesia adalah Gunung Merapi di Jawa Tengah dengan awan pijarnya yang tertimbun di lerengnya menyebabkan aliran
lahar dingin setiap tahun. Contoh yang lain adalah Gunung Galunggung di Jawa Barat.
 
e)Tipe Perret (Tipe Plinian)
Letusan gunung api tipe perret adalah mengeluarkan lava cair dengan tekanan gas yang tinggi. Kadang-kadang lubang kepundan tersumbat, yang menyebabkan terkumpulnya gas dan uap di dalam tubuh bumi, akibatnya sering timbul getaran sebelum terjadinya letusan. Setelah meletus material-material seperti abu, lapili, dan bom terlempar dengan dahsyat ke angkasa. Contoh letusan gunung api tipe perret di Indonesia adalah Gunung Krakatau yang meletus sangat dahsyat pada tahun 1873, sehingga gunung Krakatau (tua) itu sendiri lenyap dari permukaan laut, dan mengeluarkan semburan abu vulkanik setinggi 5 km.

f) Tipe Pelle
Gunung api tipe ini menyemburkan lava kental yang menguras di leher, menahan lalu lintas gas dan uap. Hal itulah yang menyebabkan mengapa letusan pada gunung api tipe ini disertai dengan guncangan-guncangan bawah tanah dengan dahsyat untuk menyemburkan uap-uap gas, abu vulkanik, lapili, dan bom. Contoh letusan gunung api tipe pelle di Indonesia adalah Gunung Kelud di Jawa Timur.